Foto : Hanya sebagai pelengkap |
Ajaran sufistik seringkali diidentikkan dengan usaha penyucian (jiwa). Melalui berbagai amalan baik kejiwaan atau perbuatan Zahir seperti zikir dan ritual ibadah, penempuh jalan ini meyakini dapat mencapai tingkat-tingkat tertentu dalam spiritual khususnya secara karakteristik khas sufistik.
Sejarah perkembangan tasawwuf sebagai suatu paham dalam menjalani kehidupan spritual seringkali tampak dinamis. Tidak jarang penempuh jalan ini dikisahkan mengalami kontroversi khususnya di kalangan ahli ilmu agama, baik secara pribadi dengan tampilan yang tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari juga secara ide atau pemikiran. Bahkan ada yang mengalami akhir hidup seperti eksekusi oleh pihak penguasa.
Di sisi lain, terdapat ruang gerak yang membebaskan pengamalan dalam mengekspresikan paham tasawwuf. Tumbuh kembang paham ini diakui tidak sekedar bagian dari bentuk perbedaan pemikiran namun juga sebagai pengamalan. Meski terdapat berbagai pandangan cenderung negatif seperti paham aneh, melenceng, bahkan sesat namun bagi sebagian kalangan, tasawwuf menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka dengan berbagai alasan kepentingan masing-masing.
Sebagai paham yang lahir dari agama, spiritualitas khas tasawwuf tidak dapat lepas dari kacamata atau dapat juga disebut barometer yang digunakan agama khususnya para penganutnya. Tasawwuf mengalami penimbangan juga klasifikasi seberapa akurasi kebenaran tasawwuf serta apakah ajaran-ajaran di dalamnya tidak menyalahi kaidah kaidah umum agama khususnya syariah Islam.
Selain itu, hal yang tidak kalah penting dari peranan tasawwuf dalam kehidupan khususnya beragama adalah posisi tasawwuf sebagai pembela atau penggerus agama yang merupakan sumber kebenaran hidup manusia. Jika berbagai persoalan seperti hedonisme, materialisme serta berbagai bentuk kebodohan merupakan faktor penurunan atau degradasi umat memunculkan sikap perlawanan dengan berusaha memunculkan ide kesederhanaan, kepapaan juga keapatisan justru menghadirkan persoalan lain juga.
Jika faktor keduniaan diidentifikasi sebagai penyebab munculnya penyakit yang disebut Nabi Muhammad dengan "wahn", ternyata sikap hidup sepenuhnya sederhana juga tidak sepenuhnya menjadi jalan keluar persoalan umat jika tanpa memasukkan penerapan ajaran agama sebagai syaratnya. Bahayanya, sikap hidup yang jauh dari agama, baik yang condong kepada dunia atau yang berusaha menghindarinya dengan sikap hidup sederhana juga menghasilkan masalah juga. Bahkan, kedua sikap tersebut sama-sama mengancam umat yang juga mengancam eksistensi agama dalam kehidupan manusia dan dapat menjauhkan siapa saja dari kebenaran agama yang sesungguhnya.
Maka penelusuran perjuangan para pendahulu, kajian materi agama juga usaha untuk mengamalkan ajaran agama dan secara sungguh-sungguh menuju ke sana adalah di antara langkah-langkah penting untuk memperjuangkan, menjaga, dan menguatkan agama baik secara pribadi atau dalam konteks umat Islam.
Kesadaran ini penulis ulas agar dapat menjaga istilah yang digunakan pada judul artikel ini dengan "Obor Agama" tetap menyala dalam kehidupan manusia dan tetap terjaga dari berbagai kemungkinan-kemungkinan akan terpadamkan atau bahkan usaha-usaha ke sana, serta untuk terus dilanjutkan. InshaaAllah.
Oleh: Nazwar, S. Fil. I , M. Phil
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
Wa : +62 853-8259-1897